Family Potrait | Divorce Kills Your Dreams

Hufft, membicarakan tentang keluarga. Kita semua adalah objeknya. Kita berbicara tentang "Komunitas" paling nyata yang kita miliki. Dan, semua anggota keluaga berarti saudara kita. Kita pasti mengimpikan keluarga yang harmonis, hidup rukun, dan berbahagia layaknya "keluarga".

Namun, oh namun... Bagaimana dengan kita yang lain, yang keluarganya tidak utuh dan disebut dengan "broken family"? Oleh karena itu, Mc.A akan membeberkannya di sini hanya untuk kita...


Family atau Keluarga berarti ada Ayah, Ibu, dan anak-anaknya. Hidup di suatu tempat, dan resmilah mereka disebut dengan Rumah Tangga, dengan berbagai macam ragam kehidupan di dalamnya. Tak hanya tentang Ayah,
dan Ibu, tapi tentang semua anggota keluarga yang ada di dalamnya. Dan mereka memainkan peran mereka tersendiri. Ibu akan berperan aktif sebagai pengasih dan penyayang bagi insan keluarga yang ada di dalamnya. Memasak, mencuci, membersihkan rumah? Itu secara umum, tapi sesungguhnya Ibu akan menyebarkan aura yang baik untuk keluarganya dengan kepeduliannya akan kebutuhan anggota keluarganya, mulai dari perhatian, cinta, dan kehangatan. Ayah, akan memberikan anggota komunitas yang dia pimpin tentang arti tanggung jawab atau responsibility, ketagasan dalam berpendapat-dan mendengarkan pendapat dari anggotanya, serta melindungi anggota komunitasnya dari berbagai macam ancaman yang datang dari luar, baik yang datang dari dunia maya-hingga dunia fana. Seterusnya, anak-anak adalah anggota komunitas yang selalu dibayangi pertanyaan dan rasa ingin tahu yang tinggi akan apapun yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Mereka bertanggung jawab atas tugas mereka masing-masing, sebagai pelajar-mahasiswa, hingga mereka menjadi dewasa yang mapan dan matang sehingga disitulah tercermin hasil dari kerja keras Ayah-Ibu mereka. Berhasil atau tidak, kembali ke Ayah dan Ibu.

Selain itu, tak selamanya kehidupan dalam sebuah keluarga itu indah layaknya sinetron yang selalu ada komplikasi dan solusi di dalamnya, yang ending dari story itu menjadi HAPPY atau SAD. Keluarga yang bermasalah biasanya dipicu dari bermasalahnya antara Ayah dan Ibu mereka. Sebagian Ayah-Ibu bisa menyembunyikan masalah yang mereka ciptakan ber-dua, namun sebagian lagi malah terang-terangan berkelahi di hadapan anak-anak mereka. Mulai dari masalah yang tercipta disebabkan oleh tuntutan ekonomi, hingga masalah kecil yang datang dari anak-anaknya sendiri, yang mengarahkan mereka untuk saling membenci, atau masalah yang menjijikkan tentang berselingkuhnya sang Ayah atau sang Ibu dengan orang lain yang membuahkan hasil disharmonisasi secara besar-besaran.

Jika, masalah telah muncul kepermukaan, siapa yang menjadi korban? Apakah sang ayah? Ataukah sang ibu? Bukan!!! Melainkan anak-anak mereka sendiri. Jika Anda salah satu diantara mereka, Anda pasti tau persis... Mereka bukan memikirkan mengapa orang tua mereka berpisah, tapi mereka merasakan hal-hal seperti rasa bersalah, rasa kesepian, dan hal-hal negatif lainnya. Berikut kutipan yang MacArip ingin sampaikan pada postingan kali ini...

Dampak Perceraian Bagi Perkembangan Psikologis Anak 

Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal bersama. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam bathin anak-anak. Pada masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai adalah:
  • Merasa tidak aman (insecurity)
  • Tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuannya yang pergi. 
  • Marah Sedih dan kesepian. 
  • Kehilangan, merasa sendiri, menyalahkan diri sendiri sendiri sebagai penyebab orangtua bercerai.
Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah: Menyadari dan mengerti bahwa orang tuannya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua, Dapat menerima rasa kehilangan, Tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri, menjadi dirinya sendiri.

dikutip dari: http://www.dishidros.go.id/buletin/221.html
Previous
Next Post »